This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

CCTV

Minggu, 09 Maret 2014

Misteri Dibalik Sugi Tek Eti



            Semua orang yang berada di Nagari Cupak tak ada mungkin yag tak mengenal sosok Tek Eti. Seorang wanita tua yang berumur sekitar 45 tahunyang terkenal dengan kekayaannya orang terkaya yang ada di Nagari Cupak ini. mata selalu memandang ke arahnya, Bahkan pada saat baralek pun, Tak ada seorang pun yang mampu  memalingkan pandangan wajahnya dari Tek Eti. Semuanya menghargai dan merasa segan dengan Tek Eti. Wanita yang hidup hanya sebatang kara saja di sebuah rumah gadang yang paling istimewa atau paling megah di nagari cupak.Ia memang wanita yang  hebat ia tinggal sendiri di rumahnya yang luas dan besar itu. Padahal beberapa orang telah menawarkan agar Tek Eti menggakat anak agar menjadi kawan sepinya .Tetapi Tek Eti menolak. Ia hanya ingin tinggal bersama dengan pelayannya .
Di balik harta dan kekayaannya  yang berlimpah ruah itu, aku menangkap suatu keanehan dan kecurigaan  pada diri Tek Eti yang telah lama aku simpan. Kalau memang Tek Eti orang terkaya di Cupak mengapa sugi masih menempel di sudut bibirnya? Kehidupan sudah cukup mapan. dan modern. Apa ada yang salah ? Justru pertanyaan itu selalu menderu di otakku ?
            Sugi adalah tembakau yang di letakkan di bibir atas sebelah pinggir bagian dalam pada mulut. Biasa di gunakan pada saat makan sirih di daerah minang kabau tepatnnya di Nagarai Cupak Kabupaten Solok. Sebagai pelengkap. Ada juga ibu-ibu yang memakan sirih setiap hari. Ibu-ibu yang menggunakan sugi adalah ibu-ibu yang umurnya sudah tua. Yaitu mereka yang tinggal di daerah perkampungan. Tetapi kalau Tek Eti yang memakainya, patut saja semua orang akan heran. Pernah sekali aku bert tanya Kepada Mande  perihal masalah itu. Tetapi mande juga tidak tahu. Mungkin ada  Kaitannya dengan kehidupak Tek Eti. Ah.....aku tidak tau pasti. Tetapi aku yakin suatu saat aku akan menemukan misteri di balik fakta ini. Cuaca rasanya panas sekali cuaca hari ini  rasanya aku mau berlari meloncat kedalam kolam yang ada di depan rumahku. Ah aku baru ingat.Tetanggaku hari ini baralek. Anak tetanggaku menikah dengan anak seseorang dari Nagari Salayo Sawah Sudut. mendengar kata baralek aku lansung teringat dengan sosok Tek Eti. Dimana ada baralek pasti ada Tek Eti. Aku segera menepuk tangan kananku. Kesempatan emas, sahutku. Aku bisa melihat sosok Tek Eti dari dekat. Bisa saja aku menemukan sedikit petunjuk mengenai sugi keramat itu. Maka aku putuskan, aku akan menggantikan Mande untuk pergi baralek tersebut ke rumah tetangga. “Mande biar upik yang pergi baralek ”
            Aku sempat targagap melihat Mande menatapku tajam. Ada kejurigaan di balik mata mande. Gerak bibir Mande menisyaratkan mande ingin bertanya sesuatu .buru-buru aku mengakihkan pandanganku. Dan ...... aku berhasil. Mande tidak jadi bertanya. Mande melanjutkan acara memasaknya. Sambil mengaduk gulai, Made pun bertanya .
            “ Kenapa? Ndak biasanya Upik mau ke acara baralek? “
            Deg......deg.... Tiba–tiba aku merasa detak jantungku mulai berhenti. Mampus, itulah akibatnya malas pergi baralek. Dulu, aku memang paling males sekali kalau di suruh mande untuk pergi baralek. Lelahlah, jaulah, masalahlah, tidak kenal orang-orang. Segudang alasan aku lontarkan kepada Mande aku meronta-ronta dalam hati. Buru-buru aku mengatasinya. Untung otakku berputar lebih cepat saat ini .
“ Ya, Mande, Sekarang upik sudah pandai upik akan mencoba apa yang Mande suruh kepada Upik. “Mande mau ya ? ”
Aku menatap mande dengan penuh harap. Harapku semakin mengebu saat melihat rona wajah mande yang menyiratkan kebingungan. Tetapi akhirnya Mande menganguk mantap. Aku melonjak senang. Lalu memeluk mande. Senyum tersirat di bibirnya yang manis segera aku menyiapkan segalanya. Kemudian aku mengambil langkah mengambil handuk hendak mandi. Aku bersiap-siap berpakaian, kupilihlah baju kurung berwarna coklat muda. Baju ulang tahunku dari  Etekku yang sekarang bekerja di semarang .
Setelah kursa semuanya sudah siap, aku berpamitan kepada Mande. Sebelum pergi aku mendapat wejangan gratis dari mande. Mande menceramahiku dengan berbagai nasehat pada saat baralek. Aku hanya bisa memendam rasa kesalku, karena rombongan orang-orang sudah mulai memadati kawasan rumah tetanggaku. Segera aku meraih tangan Mande dan menciumnya. Aku berlari kecil menuju rumah tetanggaku. Mande , “Aku berangkat dulu mande”
“hati-hati ya di jalan nak...!”
Mande hanya bisa geleng-geleng kepala. Dan berharap hal yang buruk tidak akna terjadi.

Tiba di rumah tetangga. Kubuka sandal yang ku pinjam dari Mande. Aku masuk kedalam dan mengucapkan salam. Hampir semua orang yang ada di rumah itu menjawab salamku. Aku mengambil langkah mencari tempat duduk.setelah menemukan tempat duduk yang tepat, aku mulai duduk. Aku merasa asing di sini. Tak ada seorang sosok pun yang aku kenali. Hanya tetangga dan saudara mande yang aku kenali.
Saat aku mulai merasa gelisah dan bosan, tiba-tiba semua orang yang ada di dalam rumah bersorak kegirangan. Mereka menunjuk keluar. Mereka juga berhamburan keluar. Aku tercengang dan ikut-ikutan dengan mereka. Oh ternyata ada Tek Eti yang baru turun dari mobil mewahnya. Seorang ibu mengajak Tek Eti untuk masuk lalu Tek Eti duduk di tempat yang sudah di beri alas karpet yang indah. Pujianku terhenti saat mata ini mengarahkan pandangan ke suatu objek.
Sugi yang asik bermain di dalam mulut Tek Eti. Entah mengapa aku merasa banyak tatapan heran  menyerap Tek Eti. Tetapi tampaknya biasa-biasa saja. Ia tampak santai bercengkrama dengan para undangan lainnya. Ternyata bukan aku saja yang mempunyai pandangan aneh ini, tetapi yang lainnya juga.
Hari berlalu begitu cepat. Semakin besar rasa ingin tahu ku. Apalagi sekarang aku lebih sering bertemu dengan Tek Eti di pasar. Kebetulan sekolahku dekat dengan pasar. Tiap pagi Tek Eti berada di pasar unntuk mengecek barang-baranya di tokonya. “Sugi lagi” Tiba-tiba rasa bosan melandaku. Melihat sugi itu akan menjadi malas dan lemas. Apalagi setelah ku melihat dari dekat, sepertinya sugi itu terkesan jorok, karena hampir berjam-jam nangkring di sudut bibir Tek Eti. Tapi aku abaikan segalanya. Mungkin sebentar lagi semuanya akan terbongkar.
Hanya yang membuatku penasaran, tidak ada seorangpun yang berani bicara mengenai sugi Tek Eti. Pernah suatu kesempatan aku bertanya kepada Mamakku. Setahuku Mamak adalah kenalan Tek Eti. Tetapi Mamak tidak mau banyak berbicara. Begitu banyaknya orang yang menyayangi Tek Eti, Mamak tak berani bercerita tentang itu juga membicarakannya, karena Tek Eti sangat dermawan dan rendah hati. Apapun bentuk sumbangan di Nagari Tek Eti lah donatur sumbangan utamanya dan terbesar. Jawaban itu tetap memeperkuat rasa ingin tahuku. Aku binggung dengan masalah semua ini.
Seperti biasa tiap pagi kulalui pasar menuju ke sekolah, aku tidak melihat Tek Eti lagi. Tetapi yang terlihat hanya karyawan tokonya saja. Begitu juga saat aku berjalan di depan rumahnya. Sepi, biasanya Tek Eti sering bermain di di tepi kolamnya. Tetapi kenapa sekarang semuanya lain? Kemana Tek Eti ? Sakitkah dia ?
Aku berjalan menyusuri jalan yang mulai rusak. Aku hendak melangkah menuju parak. Parak kepunyaanya Mande. Mande memintaku untuk mengambil daun pisang yang ada di sana untuk membuat palai. Saat dalam perjalanan pulang, aku mendengar pembicaraan orang-orang yang ternyata membuat heboh suasana. Aku mengambil kesempatan untuk mencuri pembicaraan.  Betapa tak ku sangka tentang apa yang di bicarakan orang-orang. Sugi Tek Eti hilang .
Aku berlari pulang untuk segera mengabarkan berita kepada Mande tentang hilangnya sugi Tek Eti. Dengan terengah-engah ku ceritakan pada Mande apa yang aku dengar dari orang-orang. Saat ku menyampaikan berita itu, Mande malah meyuruhku untuk tidak bercerita lagi.
“ Sudahlah, Pik, jangan di sebut-sebut lagi soal sugi itu. “kata mande sambil berlalu menuju ke kamarku”
Pukul 05.30, sehabis solat subuh, sayup-sayup aku mendengar pengumuman dari surau dekat rumahku. Biasanya kalau tidak berita gotong royong pasti berita duka yang di sampaikan garin surau. Tetapi kalau berita gotong royang hari ini bukan hari minggu jadi pasti berita duka. Tiba-tiba pikiranku tertuju pada Tek Eti . “jangan-jangan ........ Akh aku segera membuang pikiran burukku tersebut jauh –jauh” Sambil bermalas-malasan aku beranjak ke kamar mandi setelah itu bersiap-siap untuk pergi kesekolah. Seprti biasa aku pergi ke sekolah melewati pasar. Alangkah kagetnya aku mendengar orang-orang di pasar menceritakan tentang Tek Eti. Penasaran yang membalutku akupun mendekati kerumun orang-orang seperti mendengara petir di siang hari, aku terpana dengan cerita orang-orang itu. Ternyata benar dugaanku. Tadi berita yang terdengar dari surau adalh berita duka dan feelingku benar, yang meninggal adalah Tek Eti ,Si Mrs Sugi.
Seperti ikatan batin, aku berbalik arah menuju rumah Tek Eti. Ternyata benar orang orang sudah ramai. Di setiap kelompok orang-orang hanya menceritakan perihal hhilangnya Sugi dan menghubungkan kehilangan sugi dengan meninggalnya Tek Eti. Apa benar ada hubungannya dengan sugi yang selalu menempel di bibirnya itu dengan kematiannya? Sebagian ku dengar cerita memang seperti itu. Tapi tak ada yang bisa memastikan. Dan ku kembali berpikir apa sebenarnya misteri di balik sugi itu ? aku kembali bertanya pada mande.
“ mande boleh upik bertanya “
“Bertanya tentang apa pik?”
“Begini mande,....Upik masih merasa penasaran dengan sugi Tek Eti dan kisah kematiannya tek eti tersebut mande, apakah mande mengetahuinya??”
“kalau mengenai hal itu mande kurang mengetahuinya  coba kau tanyakan kepada pelayan toko tek eti tersebut mereka sedikit banyaknya pasti mengetahui “
“Mande sudah berusaha utuk menanyaknnya kepada petugas tersebut,tetapi ternyata mereka tak ingin orang lain mengetahuinya karena mereka merasa itu sebagai AIB bagi mereka” dan petugas tersebut menyembunyikannya sedalam-dalamnya berita tersebut.
Tiga bulan sudah berlalu sejak kematian Tek Eti. Dan semenjak itulah entah mengapa perlahan-lahan bisnisnya yang di teruskan pelayannya pun mulai mengalami kebangkrutan. Dan yang lebih menyedihkan rumah gadang milik Tek Eti minggu kemren terbakar. Cerita tentang Tek Eti mulai padam. Satu persatu kekayaannya mulai musnah. Tentang suginya .......tetap menyimpan rahasia .